Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Provinsi Jawa Timur (Bahasa Indonesia)
Summary (English)
In early 2019 the World Meteorological Organization confirmed 2015, 2016, 2017 and 2018 as the 4 warmest on record. Extreme weather events, floods, and landslides are becoming more frequent. The risks of climate change and disasters are faced by all levels of society in East Java, but the communities that will most strongly feel the impact are farmers, fishermen, and the urban poor. The impacts of climate change can reduce development outcomes, threaten food security, and increase poverty. Most of the disasters that occur in East Java are related to climate and weather (hydro-meteorological disasters). In order to reduce disaster risks and losses due to climate change, it is necessary to identify the risk factors in East Java Province. As climate change occurs slowly over long periods of time, it is necessary to have a map of the present risks and the risks projected to emerge in 30 years.
The results of this assessment will be used as the basis of developing adaptation and resilience strategies in East Java. They will also serve as inputs for estimating potential losses from climate change and climate-related disasters. This vulnerability study aims to: 1) identify the sectors to prioritize for adaptation to climate change and disaster risk reduction; 2) map the risk index of each subdistrict; and 3) build the capacity of stakeholders in East Java to conduct climate vulnerability assessments.
The methodologies used in this study are: 1) dynamic risk analyses that look at current and future risks in 30 years; 2) consultations with stakeholders and experts through workshops; and 3) Geographical Information System (GIS)-based landscape analysis with analysis units at the subdistrict level.
The results of this study are: 1) tables of estimates of the climate change impacts on strategic sectors; 2) agreement on the strategic sectors that need to be prioritized for adaptation in East Java (agriculture, livestock, fisheries, clean water, and disaster management); 3) determination of indicators, data, and weightings of each vulnerability factor in each field; and 4) risk comparison maps among subdistricts and a list of high-risk subdistricts for agriculture, livestock, flood, and landslide prevention.
The resulting recommendations are: 1) formulating long-term adaptation and resilience strategies; 2) mainstreaming climate change adaptation and disaster risk reduction (DRR) into sectoral programs such as infrastructure, health, education, housing, clean water, community empowerment, etc.; 3) monitoring of climate impacts and improvements in disaster data management; and 4) enhancement of inter-regional cooperation for cross-border climate risk reduction.
*Download the full study from the right-hand column. Find a summary of the study below.The assessment report is only available in Bahasa Indonesia, supported by USAID APIK.
Ringkasan (Bahasa, Indonesia)
Tahun 2015 dan 2016 tercatat oleh Organisasi Meteorologi Dunia sebagai tahun terpanas dalam seratus tahun terakhir. Kejadian cuaca ekstrem, bencana banjir dan longsor semakin sering terjadi. Risiko perubahan iklim dan bencana dihadapi oleh semua lapisan masyarakat di Jawa Timur; namun kelompok masyarakat yang akan paling merasakan dampaknya adalah petani, nelayan, dan penduduk miskin perkotaan. Dampak dari perubahan iklim dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan, mengancam ketahanan pangan, dan menambah angka kemiskinan.
Sebagian besar bencana yang terjadi di Provinsi Jawa Timur terkait dengan iklim dan cuaca (bencana hidrometeorologis). Untuk dapat mengurangi risiko bencana dan kerugian karena variabilitas iklim, perlu ditemukenali apa saja yang menjadi faktor risiko di Provinsi Jawa Timur. Karena perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang lama maka perlu ada gambaran tentang risiko yang ada pada masa kini dan proyeksi risiko yang akan muncul 30 tahun mendatang.
Hasil kajian ini akan menjadi informasi untuk dasar penyusunan strategi adaptasi dan ketangguhan. Hasil kajian ini juga sebagai dasar membuat perkiraan potensi kerugian dari perubahan iklim dan bencana terkait iklim. Kajian kerentanan ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi bidang bidang apa yang perlu diprioritaskan dalam adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana di Provinsi Jawa Timur; 2) memetakan perbandingan risiko iklim pada beberapa sektor tertentu; 3) membangun kapasitas para pemangku kepentingan di Jawa Timur dalam melakukan kajian kerentanan iklim.
Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah: 1) analisis risiko dinamis yang melihat risiko saat ini dan masa 30 tahun kedepan ; 2) konsultasi dengan para pemangku kepentingan dan tenaga ahli melalui lokakarya; dan 3) analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis lanskap dengan unit analisis di tingkat Kecamatan.
Hasil dari kajian ini adalah: 1) tabel perkiraan dampak perubahan iklim pada bidang-bidang strategis; 2) kesepakatan tentang bidang strategis yang perlu diprioritaskan dalam adaptasi di Jawa Timur (pertanian, peternakan, perikanan, air bersih dan penanggulangan bencana); 3) penentuan indikator, data dan bobot dari tiap faktor kerentanan pada tiap bidang; dan 4) peta-peta perbandingan risiko antara Kecamatan, dan daftar Kecamatan yang berisiko tinggi untuk bidang pertanian, peternakan, penanggulangan bencana banjir dan longsor.
Rekomendasi yang dihasilkan adalah: 1) perlu adanya penyusunan strategi adaptasi dan ketangguhan jangka panjang; 2) pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim (API) dan pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam program-program sektoral seperti prasarana, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, pemberdayaan masyarakat, dll.; 3) Pemantauan dampak iklim dan perbaikan dalam pengelolaan data kebencanaan; dan 4) peningkatan kerja sama antar daerah untuk pengurangan risiko iklim lintas batas.
(Kajian ini hanya tersedia dalam Bahasa Indonesia atas hasil dukungan USAID APIK).
- Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Provinsi Maluku
- Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Provinsi Sulawesi Tenggara